Site Network: SISWA | GURU | VISI DAN MISI | PROGRAM KEAHLIAN | KURIKULUM | PRESTASI

 

Selamat datang di website SMK Negeri 1 Mas Ubud. Website ini berisi informasi tentang sekolah SMK N 1 Mas Ubud. Semoga informasi yang terdapat di dalam website ini bermanfaat bagi kita semua.



Internet Indonesia di Masa Depan

Industri internet berpita lebar (broadband) di Indonesia saat ini sangat terhambat oleh terbatasnya bandwidth yang dimiliki operator telekomunikasi, dengan jumlah 68% dari total akses yang digunakan pengguna internet di Indonesia. Tetapi tidak lama lagi, keterbasan itu akan berakhir dengan perbesaran jaringan kabel internet menuju Indonesia pada akhir tahun 2008 mendatang. Jaringan kabel serat optik bawah laut yang berada membelah tepat di Samudera Pasifik sepangjang kurang lebih 20.000 kilometer akan selesai dibangun pada akhir tahun 2008.

Jaringan kabel itu kemungkinan merupakan kabel yang memiliki kapasitas terbesar di dunia yang mencapai 1,90 terabyte per second (terabyte per detik) yang dimiliki dan dikelola oleh Concorcium Asia-America Gateway (AAG) atau Gerbang Asia-Amerika. Telkom yang tergabung dengan konsorsium dengan investasi 40.000.000 Dollar Amerika mendapat bagian 2,5 gigabyte per second (gigabyte per detik), tetapi pada akhir 2008 nanti, Telkom akan mendapat bagian yang sangat jauh lebih besar, yakni 40 gigabyte per second, lima belas kali lipat dari kapasitas sebelumnya.

Hal tersebut dapat memungkinkan untuk mengubah internet menjadi suatu hal umum yang merakyat karena kemungkunan juga harga internet pun akan terjangkau.

Selama ini, internet Indonesia mengakses tambahan bandwidth ke jaringan global negara tetangga, seperti Dumai Melaka Cable System (DMCS) dengan kapasitas bandwidth 10 Gbps, Thailand-Indonesia-Singapore (TIS) Cable System dengan kapasitas 10 GBPS, Radio Link Batam-Singapore dengan kapasitas 4 STM-1, dan Radio Link Batam-Pangerang (Malaysia) dengan kapasitas 4 STM-1. (STM-1 setara dengan 155 Mbps)

Saat ini, Telkom dikenal sebagai pendominasi industri internet dangan persentasi 65% dengan bandwidth global sebesar 5 gigabyte per second.

Sampai saat ini, bandwidth Indonesia masih dikalahkan oleh Malaysia yang memiliki kapasitas ke jaringan global sebesar 20 gigabyte per second. Dan Singapura yang mempunyai akses global yang tak terbatas. Padahal, Indonesia termasuk ke dalam statistik pengguna internet tertinggi 13 sedunia dengan jumlah konsumen kurang lebih 18 juta orang, angka ini diperkirakan akan meningkat hingga kurang lebih 45 juta orang konsumen pada tahun 2008 mendatang.

Kabarnya, Indosat juga akan gabung dengan Konsorsium Asia-America Gateway, menemani Telkom yang tergabung sebelumnya.

KUOTA yang diperoleh Telkom di luar Indosat dalam konsorsium ini sekitar 40 Gbps dan bisa diperluas hingga kisaran 65-70 Gbps yang diharapkan bisa dicapai dalam kurun 4 tahun.

Dalam konsorsium ini Telkom masuk dalam ketegori investor tier 1 dengan investasi 40 juta dolar AS. Dalam tier 1 ini tergabung delapan dari 17 operator yang juga memperoleh kuota paling besar di antara anggota konsorsium lainnya. Bagi Telkom, ikut dalam konsorsium AAG ini adalah pilihan yang dinilai paling strategis dibanding bila harus membeli ataupun menyewa bandwidth seperti sekarang ini sehingga dengan biaya produksi yang bisa ditekan, pelanggan yang bertambah, maka tingkat keekonomian pun bisa lebih ditingkatkan.

Asumsinya pertumbuhan pelanggan broadband yang cepat, membutuhkan kapasitas bandwidth yang besar dan menyebabkan harga bandwidth turun.

Telkom sendiri memproyeksikan tarif broadband turun 20-30% pada tahun ini dan diproyeksikan akan terus turun sejalan dengan meningkatnya pengguna. Dengan kondisi ini penetrasi internet diharapkan akan ikut terdongkrak termasuk besaran indeks akses digital dan membuat Indonesia lebih diperhitungkan dalam kancah internasional.

Telkom mencanangkan pada 2009, saluran telefon bisa dipakai oleh tiga fungsi sekaligus (triple play) yakni video, data, dan suara. Saat ini, seluruh trafik internet dari Amerika Serikat melewati Asia Utara seperti Jepang, Korea, dan Cina. Kebanyakan dari jaringan ini melewati wilayah yang disebut Pacific Ring of Fire yang dikenal dengan daerah bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, dan gunung berapi. Kita masih ingat beberapa waktu lalu trafik internet terganggu akibat gempa bumi yang melanda kawasan Taiwan. Kejadian itu menyebabkan beberapa sistem jaringan rusak, mengakibatkan gangguan di seluruh kawasan Asia Pasifik. Konstruksi AAG dikomplain sebagai jaringan yang aman baik dari sisi rute maupun teknologi yang digunakan. Hal ini diharapkan bisa menghasilkan sebuah trafik yang lebih stabil dan jaringan yang lebih fleksibel.

Pacific Ring terbentang pada jalur sepanjang 40.000 km berbentuk sepatu kuda. Mulai dari kawasan timur Australia, Indonesia, Filipina, Jepang, kawasan Alusia, masuk ke Pantai Barat Amerika Serikat dan berakhir di Peru serta Argentina. Sekitar 90% gempa bumi di dunia terjadi di kawasan ini, bahkan 81% dari gempa bumi berskala besar terjadi di Pacific Ring. Sedangkan jaringan AAG "menyeberang" Samudra Pasifik melewati Guam, Hawaii, dan berujung di San Luis Obispo Amerika Serikat.

Ini adalah satu-satunya jaringan yang menghubungkan langsung Benua Asia dengan Amerika Serikat. Ekspansi dari jaringan kabel serat optik bawah laut ini bisa menjadi backbone bagi landing point lainnya di kawasan Eropa, Afrika, dan Australia.

Dengan akses langsung ke Amerika Serikat melalui kanal yang sangat besar serta sistem keamanan yang menjamin stabilitas trafik, tentunya akan menjanjikan bagi pasar Indonesia.

Tetapi, jaringan AAG ini tidak memiliki landing point di Indonesia sehingga Telkom harus kembali mengeluarkan biaya untuk membangun jaringan kabel baru.

Emërtimet: